Sabtu, 24 November 2012

Pensil untuk Dion - Cerpen

Tak ada yang berubah dari langit itu, tetap sama seperti biasanya, memancarkan pesonanya yang membuat orang- orang tak pernah bosan menatapnya. Dan itulah yang tak pernah ingin aku lewatkan di setiap sore. Langit yang kemerahan, sang mentari yang mulai bersembunyi berganti dengan gelapnya malam, selalu membuat hatiku terasa nyaman, ada kedamaian yang kurasakan. Setidaknya untuk mengusir kesedihanku, walau hanya sejenak.


“Vio.. kamu dimana?” aku mendengar sebuah suara. Kurasa itu Riska, sahabatku. Ah, dia selalu saja khawatir jika aku pergi tanpa pamit padanya. Akupun menoleh, dan ternyata dia sudah berada dibelakangku

“Vioo, kan udah aku bilang, kalo mau pergi bilang duluu, kalo gini kan aku jadi khawatir, kamu kan lagi sakit, ntar kalo kakek marah gimana? Kalo terjadi apa- apa sama kamu gimana?”  Cerocos Riska tanpa henti

“Haha.. iya, kamunya juga jangan nyerocos gitu.. Kamu lucu deh, aku kan bukan anak kecil lagi. Aku bisa kok jaga diri aku sendiri” Ujarku santai sambil tertawa kecil.

“Tapi tetap aja vioo, tetap aja aku khawatir sama kamuu, untung aja aku tahu kamu lagi di tempat dion, gimanapun juga kamu itu sahabat aku, bahkan lebih dari sekedar sahabat, kamu udah aku anggap saudara aku vio, dan aku gak mau kehilangan kamu” Ujar Riska sambil memegang pundak vio.

“Dokter bilang aku gak akan bisa bertahan lebih lama lagi ris” Aku menunduk sedih, tak ada harapan lagi. Yang kulihat hanya jalan buntu, aku benar- benar takut.

“Nggak Vio, kamu akan tetap disini bareng aku, bareng orang- orang yang sayang sama kamu. kamu gak akan kemana- mana” Riska meyakinkanku. Aku hanya bisa menunduk.

“Kak viooo, lihat deh, dion nemu kucing kecil dijalan, kucingnya lucu deh kak, dion suka.. kakak harus lihat kak” Tiba- tiba Dion menghampiriku. Aku menoleh dan tersenyum padanya.

“Kucingnya lucu ya dion, imut- imut kayak kamu” Ujarku sambil mengacak- ngacak rambut Dion. Dion pun tersenyum lebar dan mulai sibuk dengan kucingnya itu.

Dion, anak kecil yang aku dan riska temukan di tepi jalan. Anak kecil yang punya semangat hidup luar biasa, seorang anak yang jika aku melihatnya, aku selalu menemukan semangatku kembali, selalu menemukan alasan untuk tetap hidup dan bertahan lebih lama lagi. Aku paling suka senyumannya. Senyuman khas anak kecil yang selalu membuat hari- hariku ceria, melupakan semua sakit yang kurasakan.

Dion mengajarkanku banyak hal, semua hal bisa jadi menyenangkan dari sudut pandangnya. Sungguh anak yang cerdas. Aku jadi teringat ketika pertama kali aku menemukan dion, dia sedang duduk di tepi jalan, didepan sebuah Sekolah dasar sambil memegang sebuah pensil kecil ditangannya. Aku mendekatinya dan bertanya padanya

“Adik kecil kenapa sendirian?”

“Dion pengen sekolah seperti mereka kak..” Ujarnya singkat, anehnya ia tidak sedih sedikitpun. Ia malah tersenyum dan mengatakan

“Dion pasti bisa kayak mereka, dion harus berusaha lebih keras, dapat uang banyak dan sekolah kayak mereka..” Aku benar- benar tersentuh mendengarnya.

Belakangan kami tahu ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan, ayahnya telah meninggalkannya sejak ia kecil. Dan saat ini ia tinggal bersama pamannya di sebuah daerah kumuh, jauh dari kata pantas untuk anak kecil seperti dion.
Dan tentang penyakitku, sungguh, aku tak sanggup untuk memberitahu dion. Aku tak ingin ia tahu, aku tak ingin ia bersedih karenaku.

***
Aku menyuruh Riska agar menjemput Dion di rumahnya. Hari ini aku ingin sekali bertemu Dion, sudah seminggu aku tidak melihatnya. Aku tak sanggup berjalan lagi

“Kak viooo..” Dion langsung berhambur ke pelukanku ketika sampai di rumah sakit

“Kakak sakit apa? Dion kangen sama kakak”

“Kakak gak kenapa- napa kok Dion, Cuma sakit biasa aja. Bentar lagi juga sembuh” Ujarku ringan

“Tapi muka kakak pucat banget”

“Nggak dion, kakak gak kenapa- napa kok, Cuma sakit sedikit” Aku berusaha tersenyum.

“Kakak gak bohong kan? Ntar kita bisa main bareng lagi kan kak?”

“Iya dion, kakak janji sama kamu.. Ntar kalo kakak udah sembuh kita bakalan main bareng- bareng lagi, kakak juga janji bakalan ngajarin kamu nulis, seperti yang kamu mau” Ujarku lagi

“Tapi dion gak punya pensil kak, gimana caranya dion mau nulis?” Tanyanya sambil menunduk

“Kalo masalah itu, dion jangan khawatir, ntar kakak beliin dion pensil yang paling bagus sedunia.. Dion mau kan?”

“Wah, beneran kak? Yeee aku bakal dapat pensil dari kak vio, makasih kakak.. Dion sayaaang banget sama kakak”

“Iya dion, kakak juga sayang sama kamu” Ujarku sambil memeluk dion. Tak terasa air mataku mulai mengalir. Dan itu adalah pelukan terakhir yang kurasakan dari dion. Aku sungguh ingin hidup lebih lama lagi. Tuhan, beri aku kekuatan. Aku mohon

***
    “Dion, kamu jangan sedih lagi ya? Relain kak vio ya? Kak vio pasti sedih kalo liat kamu nangis”

    “Tapi kenapa kak vio harus pergi kak? Kak vio udah janji bakalan ngajarin aku nulis. Tapi kenapa kak vio ninggalin dion? Kenapa kak?” Jawab dion sambil terisak- isak.

    “Kan masih ada kak Riska, nih kak Vio sempat nitipin sesuatu buat kamu”
Dion pun membuka kotak kecil dari Viola. Sebuah pensil. Ya, sebuah pensil seperti yang telah dijanjikannya kepada dion.

    “Ada surat dari kak vio kak, kakak mau bacain buat dion gak?” Tanya dion pada riska. Riska pun membacakannya.

Dear Dion.. Adikku tersayang..

Dion, maafin kakak yaa.. Kakak gak cerita sama kamu tentang penyakit kakak..
Kakak gak pengen lihat kamu sedih gara- gara kakak.. Kakak Cuma pengen lihat senyuman manis dion tiap hari..
Jadi Dion mau kan tersenyum buat kakak??
Apapun yg terjadii,
Kakak sayaang banget sama Dion..Nihh, kakak ngasih kamu pensil yg paling bagus..
Kamu simpen yaaa... Itu kenang- kenangan dari kakak..
Kalo kakak gak sempet ngajarin kamu nulis, kakak minta maaf yaa..
Nanti biar kak riska yang ngajarin kamu nulis. Oke Dion??
Inget! harus tetep ceria!! kak Vio sayang banget sama Dion..
Sampai ketemu nanti ya Dion..  I love you... :)



Dion pun mengambil pensil pemberian Viola yang berwarna biru. Dion memeluk erat pensil tersebut dan menoleh kearah nisanku.

“Dion bakal tersenyum setiap hari buat kakak” Ujarnya. Ia pun bersenandung pelan

MENARILAH DAN TERUS TERTAWA WALAU DUNIA TAK SEINDAH SURGA..BERSYUKURLAH PADA YG KUASA..CINTA KITA DI DUNIAAA...
SELAMANYAAA.. :D

4 komentar:

  1. gan,hibryd av nya bisa di source code gak?
    saya disuruh tugas sekolah naah,,
    tolong yaah,
    email saya : qreenajran@yahoo.co.id

    BalasHapus
  2. [“Vioo, kan udah aku bilang, kalo mau pergi bilang duluu, kalo gini kan aku jadi khawatir, kamu kan lagi sakit, ntar kalo kakek marah gimana? Kalo terjadi apa- apa sama kamu gimana?” Cerocos Riska tanpa henti"]

    haruse diubah tuh, jadi gini ... [Az*m,,, kalo pergi bilang dulu, nanti ada yg khawatir lho... siapa? tanyanya... eva erisa :P :D]

    LANJUTKAN XD

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus